I.
Percobaan ke : 2
(dua)
II.
Judul percobaan : Pembuatan
nata de soya
III.
Tujuan percobaan : Mengetahui cara
pembuatan Nata de soya
menggunakan air limbah tahu
menggunakan air limbah tahu
IV.
Dasar Teori
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti
krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai natare yang berarti
terapung-apung. Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa dan limbah cair
pengolahan tahu. Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco,
dan dari limbah cairtahu disebut dengan nata de soya. Bentuk, warna, dan rasa
kedua jenis nata tersebut tidak berbeda. Dari segi rasa nata de soya hampir sama dengan
nata de coco,
yang membedakan adalah kekenyalannya karena kandungan serat nata de soya yang lebih tinggi. Nata de Soya merupakan sejenis makanan dalam
bentuk nata, padat, putih, dan transparan, merupakan makanan penyegar dan
pencuci mulut, yang dapat dicampur dengan fruit cocktail, es cream atau cukup
ditambah sirup saja.(Fhadiprojo : 2011)
Menurut hasil analisi gizi, Nata de
Soya tergolong produk pangan yang bergizi tinggi terutama pada kandungan
karbohidrat, protein dan serat kasar. Data tersebut membuktikan bahwa
bakteri Acetobacter xylinum mampu mengubah air limbah tahu yang tidak
bernilai menjadi suatu produk bernilai gizi tinggi
Nata de soya adalah selulosa yang mengandung air sekitar 98% dengan tekstur
kenyal, kokoh, putih, dan transparan dengan rasa yang mirip kolang-kaling.
Produk ini dapat dipakai sebagai sumber makanan yang rendah kalori untuk
keperluan diet dan mengandung serat yang sangat dibutuhkan dalam proses
fisiologi . Pembentukan nata
de soya terjadi karena proses pengambilan glukosa dari dalam limbah cair
tahu oleh sel-sel Acetobacterxylinum. Kemudian glukosa tersebut digabungkan
dengan asam lemak membentuk prekusor pada membran sel dan bersama enzim
mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa di luar sel.
Produk gelterbentuk melalui mekanisme biokonversi
oleh mikrobia yaitu proses perubahan substrat menjadi suatu substansi
menyerupai benang-benang polisakarida. Substrat yang biasa digunakan sebagai
media pembentukan nata antara lain air kelapa, sari nenas, limbah
cair tahu dan lainnya atau bahan-bahan lain yang mengandung nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri pembentuk gel. Bila bakteri tersebut ditumbuhkan pada media
tersebut yang mengandung gula, maka bakteri akan mengkonversi sekitar 19 % gula
tersebut menjadi selulosa (gel). Gel yang dihasilkan merupakan polimer dari gula
ikatan 1,4–glukosa glukosida. Selulosa
yang disekresikan ke medium berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan membentuk menyerupai kristal
putih. Proses pembentukan gel dimulai dengan proses kimiawi yaitu glikolisis.
Karbohidrat yang berasal dari medium dihidrolisis melalui cara asam (asam
asetat) maupun secara enzimatis yang merupakan penyusunan polisakarida selulosa. Secara teoritis
pembentukan selulosa cukup unik, karena bakteri mensintesis alat pelindung diri
untuk mencegah terhadap faktor lingkungan yang kurang menguntungkan dengan cara
menjerat diri dalam selulosa yang dibentuknya, tetapi cara ini tidak selamanya
menguntungkan karena penjeratan yang terlalu ketat justru dapat mematikan
bakteri itu sendiri karena tidak tersedianya faktor kehidupan cukup untuk
berlangsungnya aktivitas bakteri manakala selulosa telah menebal.
Nampak bahwa
proses secara biokimiawi ini dapat dibentuk manakala terdapat pemicu reaksi
berupa enzimatis. Sumber enzimatis ini dapat diperoleh melalui kegiatan
metabolisme suatu mikrobia. Terlihat bahwa tanpa adanya reaksi kimia yang
memicu, maka proses pembentukan gel ini tidak terjadi. Reaksi selanjutnya dapat
berlangsung melalui bantuan D-glukosidase, D-glukosa dihidrolisis lagi menjadi
D-glukosida. Tiap monomer yang terbentuk dalam siklus pentosa posfat,
diaktifkan oleh ATP membentuk D-glukosa 6-P. Selanjutnya senyawa kompleks
lipida terbentuk dieksresikan melalui membran sel ke media sebagai metabolit
sekunder. Melalui D-glukosidase yang digandengkan dengan monomer D-glukosa
secara anhidropolimerisasi membentuk 1,4 D-glukosida. Senyawa tersebut adalah
selulosa ekstraseluler yang menyerupai gel. Factor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat
keasaman media temperature, dan udara (oksigen. Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari
monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak
digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti
ZA, urea. Suhu yang baik digunakan sekitar 28-31oC.
Bakteri Acetobacter xylinum
membutuhkan oksigen dalam pertumbuhan, sehingga dalam
fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran
masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.(Elsha : 2013)
Nata dari air
rebusan kedelai (Nata de Soya) dan Nata de Coco ternyata
memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Hasil uji proksimat
menunjukkan kandungan utamanya adalah air (98%) dan serat kasar (10%). Sebagai
makanan, nata memiliki nilai gizi dan nilai kalori yang rendah. Meskipun
demikian, sehubungan dengan kandungan seratnya maka nata dapat dijadikan
sebagai makanan alternatif untuk penderita masalah gizi lebih, untuk mencegah
terjadinya sembelit atau menghindari konstipasi dan memperlancar pencernaan.
Nutrisi atau Kandungan Gizi Nata de Soya dan Air
Limbah Tahu dalam 100 gr
Zat Gizi (satuan)
|
Nata de Soya
|
Air Limbah Tahu
|
Karbohidrat (g)
|
20
|
2
|
Protein (g)
|
2,35
|
1,75
|
Lemak (g)
|
1,68
|
1,25
|
Serat kasar (g)
|
3,2
|
0,001
|
Kalsium (mg)
|
4,6
|
4,5
|
Produk nata de soya
mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak tahun
1981. Sebagai
makanan pencuci mulut (food desert), dan makanan penyegar yangbenilai jual
tinggi. Produk ini diproduksi dari mulai skala industry rumah tangga sampai
dengan skala industry pabrik, dikenal luas oleh masyarakat dan banyak dicari
sebagai pilihan makanan ringan tinggi serat.(Bayu : 2013)
V.
Alat dan Bahan
Alat
: Kompor Bahan :
Limbah tahu
Baskom Gula
Panci
Urea
Spatula/pengaduk
Asam cuka
Kain Saring Asam asetat glacial
Gelas ukur Starter (acetobacter xylinum)
Indikator universal
Koran
Neraca
Pipet tetes
Tali rapiah
Nampan
VI.
Prosedur Percobaan
- Menyaring 3 liter limbah tahu dengan kain penyaring
- Mendidihkan limbah tahu samapi mendidih
- Penambahan 300 gram gula pasir dan 15 gram urea, kemudian dipanaskan selama 10 menit.
- Kemudian dilakukan pendinginan pada suhu kamar dengan cara menempatkan di wadah yang steril.
- Setelah dingin, dilakukan penambahan asam asetat glacial sampai keasaman menunjukan pH 4.
- Penambahan bakteri starter sebanyak 300 ml dan ditutup kertas koran kemudian di inkubasi selama 2 minggu.
- Limbah tahu yang telah menggumpal menghasilkan nata de soya yang telah siap untuk dipanen.
Pemanenan nata de soya
- Nata dibilasdandirendam dengan air bersih selama 2-3 hari, tiap harinya air diganti dengan yang baru untuk menghilangkan asamnya.
- Pemasakan nata kembali selama 10 menit, lalu ditiriskan. Pemasakan ini bertujuan untuk menghilangkan asamnya jika masih terasa asam setelah direndam selama 3 hari.
- Pengemasan nata dapat dilakukan dengan memasukkan nata ke dalam plastik dengan kondisi masih panas (mendidih) dengan perbandingan nata de soya dan cairan adalah 3 : 1 dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara dalam kemasan agar mikroba aerob tidak memungkinkan untuk tumbuh, sehingga daya simpannya lebih lama.
- Kemasan ditutup rapat dengan karet atau sealer
VII.
Mekanisme Reaksi :
VIII.
Pembahasan
Pembuatan nata de soya merupakan fermentasi dari air
limbah tahu dengan bantuan starter acetobacter xylinum proses dan bahan
yang digunakan sama dengan pada pembuatan nata de coco, hanya air kelapa pada
pembuatan nata de coco saja yang diganti dengan air limbah tahu. Nata yang
buat dilihat
secara keseluruhan dikatakan berhasil dengan baik, karena keseluruhan air limbah tahu (whey) dapat
diubah oleh Acetobacter xylinum
menjadi produk nata. Walaupun ketebalan yang diperoleh tidak seberapa, akan tetapi jika telah
terbentuk gumpalan putih yang keras artinya nata sudah terbentuk.
Terbentuknya Nata seperti jelly disebabkan oleh aktivitas mikroba acetobacter xylinum untuk merombak
jaringan protein menjadi bio sellulosa sehingga timbul benang-benang (serat)
sellulosa yang sangat banyak dimana makin lama, persediaan limbah tahu terombak semua menjadi bio sellulosa, namun nata
yang terlalu lama dipanen akan terasa keras dimakan dan menjadi kurang lezat
untuk disantap. Nata yang dihasilkan mempunyai rasa asam, oleh karena dalam
pembuatannya kita menggunakan asam cuka atau asam
asetat glasial agar didapatkan pH 3,0 – 4,5 sebagai kondisi optimum pertumbuhan
jenis bakteri ini, sehingga mempengaruhi rasanya, tapi rasa asam ini dapat kita
hilangkan dengan jalan dilakukan pencucian dan perebusan berulang-ulang kali
sampai rasa asamnya
itu hilang.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Acetobacter Xylinum
mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta
tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam
fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon
ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen bias berasal dari
bahan organic seperti urea. Meskipun bakteri Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan
tumbuh optimal bila pH nya 4,3. sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0C. bakteri ini sangat
memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun
hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat
mengakibatkan kontaminasi zat-zat yang tidak diinginkan sehingga akan membuat
nata de coco gagal membentuk lapisan.
Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam memproduksi nata de soya yakni adanya
kontaminasi dari zat ataupun unsur lain yang tidak seharusnya, wadah tempat
menyimpan biakan nata de soya terlalu sering terkena goncangan, wadah yang
digunakan untuk pembiakan kurang steril sehingga masih ada bakteri-bakteri
lain, dan masih banyak lagi faktor lain yang dapat menyebabkan kegagalan. Pada pembuatan nata de soya ini percobaan
pertama yang kami lakukan langsung berhasil, dimana ketebalan nata de soya yang
kami dapatkan lebih kurang 1 cm dari tiga liter air limbah tahu yang digunakan
pada pembuatan diawal.
IX.
Kesimpulan
1. Sterilisasi
alat dan bahan pengolahan nata de pina sangat diperhatikan karena dalam proses
pengolahan sangat rentan terhadap kontaminasi bakteri dan kotoran.
2. limbah
air tahu dapat dijadikan alternatif media perkembangbiakan bakteri
Acetobacter xylinum.
3. Dalam pembuatan nata de soya Gunakanlah pupuk Urea ZA Warna
Putih, agar hasilnya seperti yang diinginkan yaitu Putih bening.
4. Substrat air limbah tahu harus memiliki pH 3,0 – 4,5
sebagai kondisi optimum pertumbuhan bakteri starter yang digunakan.
5. Terbentuknya Nata seperti jelly disebabkan oleh aktivitas mikroba
acetobacter xylinum untuk merombak jaringan protein menjadi bio sellulosa
sehingga timbul benang-benang (serat) sellulosa/nata.
X.
Daftar Pustaka .
Bayu . 2013. Nutrisi
Nate de soya dan ampas tahu.(online). http://resepcaramemasak.org/kandungan-nutrisi-nata de soya.ampas-tahu. diakses pada 6 februari
2015
Elsha. 2013. Pembuatan Nata De Soya. (online) . https://www.academia.edu/6640869/SEMINAR_3_Pembuatan_Nata_de_Soya
. diakses pada 6 februari 2015.
Fhadiprojo.
2011. Nata de soya .(online). https://
https://ml.scribd.com/doc/57271055/Nata-de-Soya. diakses
pada 6 februari 2015
Lampiran
Hasil pengamatan:
No
|
Hari/Tanggal
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Jum’at,
30 Januari 2015
|
Pembuatannata
de soya.
a.
Air limbah tahu + gula pasir putih + urea dididihkan.
b.
Campuran air limbah tahu + asam asetat glasial
campuran
air limbah tahu ditambah bakteri starter 300 ml dan di diamkanselama 2 minggu
|
Campurankeruh.
Campuran
bewarna keruh dan berbau asam.
|
2.
|
Kamis,
12 Februari 2015
|
Melakukan
pengamatan terhadap nata de soya.
|
Nata
de soya pada percobaan pertama sudah berhasil, terbentuk lapisan nata dan
agak berbau asam, namun bau asam menghilang setelah dilakukan proses
pemanasan.
|
Kompor
gas Sendok Panci
Gelas
Takar bakteri
starter bahan2 yg digunakan
Proses
Pensterilan alat:
Proses pembuatan nata:
Proses
pemasukan bakteri dan penyimpanan
Proses pemanenan nata: